SIDOARJO | JWI – Wakil Bupati Sidoarjo Hj. Mimik Idayana memberikan apresiasi kepada para relawan yang telah berperan aktif dalam proses evakuasi korban ambruknya bangunan mushola di Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo.Selasa,(7/10/2025).
Sebagai bentuk rasa terima kasih, Wabup Hj.Mimik Idayana secara khusus mengundang sekitar 50 relawan dari berbagai unsur untuk bersilaturahmi di rumah dinas Wakil Bupati. Para relawan yang hadir berasal dari Baznas RI, Baznas Provinsi Jawa Timur, Baznas Kabupaten Sidoarjo, Fatayat NU, serta unsur mahasiswa STAINIM Sidoarjo dan Relawan Konco-Konco Santri Al Khoziny.

Pertemuan berlangsung hangat dan penuh kekeluargaan. Dalam suasana haru, para relawan berbagi kisah suka duka selama bertugas di lapangan.
Perwakilan dari Baznas RI, Taufiq, menyampaikan rasa syukur dan terima kasih karena telah diterima dengan baik oleh Pemerintah Kabupaten Sidoarjo.

“Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Wakil Bupati yang telah memberikan perhatian kepada kami. Pengalaman ini tidak hanya melelahkan, tetapi juga penuh makna kemanusiaan,” ucap Taufiq.
Wabup Hj.Mimik Idayana menyampaikan rasa bangga dan terima kasih kepada seluruh relawan atas semangat dan dedikasi mereka selama proses pencarian dan evakuasi korban.

“Pemerintah Kabupaten Sidoarjo sangat mengapresiasi perjuangan para relawan yang bekerja tanpa pamrih. Semoga semua pengorbanan ini mendapat balasan dari Allah SWT dan menjadi ladang amal kebaikan,” tutur Wabup Mimik.
Dari unsur mahasiswa, salah satu relawan STAINIM Sidoarjo, Aisiyah “menceritakan pengalaman pertamanya terjun langsung dalam kegiatan penanggulangan bencana. Ia mengaku awalnya belum memiliki pengetahuan tentang kebencanaan, namun mendapat pembekalan dari Baznas saat bergabung di lokasi kejadian.

“Ini pengalaman pertama kami menangani bencana. Di kampus kami belum ada mata kuliah tentang kebencanaan, tapi dari Baznas kami banyak belajar tentang cara menanggapi situasi darurat. Kami ikut berduka atas para korban dan berterima kasih kepada semua pihak yang sudah membantu,” ujarnya.
Para relawan mahasiswa itu bekerja dalam enam kelompok bergiliran (shift) dari pagi hingga malam. Mereka bertugas membantu logistik, memasak, membagikan makanan dan minuman, hingga memberikan dukungan psikis kepada keluarga korban yang mengalami trauma.

“Kami membantu dari dapur umum, belanja kebutuhan pokok, membagikan air dan makanan untuk petugas maupun relawan lainnya. Ada juga wali santri yang kehilangan anaknya, kami berusaha memberi dukungan moral semampu kami,” tambahnya.
Bagi para relawan muda itu, pengalaman di Al Khoziny menjadi pelajaran berharga tentang arti kemanusiaan dan pentingnya gotong royong dalam menghadapi bencana.
“Semoga pengalaman ini menumbuhkan rasa empati dan solidaritas di kalangan mahasiswa dan masyarakat. Kami siap jika suatu hari kembali dibutuhkan,” pungkasnya.(tim).