SIDOARJO | JWI – Suara lirih terdengar dari balik gorden ruang rawat inap RSUD Sidoarjo. Kabupaten Sidoarjo masih dirundung duka setelah ambruknya bangunan mushola tiga lantai Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, pada Senin (29/9). Musibah itu terjadi saat ratusan santri sedang menunaikan salat Ashar.
Salah satu korban, Saifurrozi, siswa kelas 3 SMP Ponpes Al Khoziny, harus kehilangan kaki kanannya akibat tertimpa reruntuhan beton. Betis hingga telapak kakinya remuk, sehingga tim dokter RSUD Sidoarjo terpaksa melakukan amputasi. Di ruang rawat, Rozi (sapaan akrabnya), dirawat bersama empat santri lain yang juga menjadi korban insiden tersebut, yaitu M. Zainal Abidin (Surabaya), Tofan Putra Sadewa (Surabaya), dan Rohmatulloh (kelas 2 SMA Ponpes Al Khoziny).
Pada Kamis (2/10/2025), Wakil Bupati Sidoarjo Hj. Mimik Idayana menyempatkan diri menjenguk para korban. Saat menemui Rozi, suasana penuh haru menyelimuti ruangan. Dengan polos, Rozi mengadukan rasa sakitnya kepada Wabup.
“Kaki saya yang habis dioperasi sakit banget Bu, minta tolong dipanggilkan dokter,” ucapnya lirih.
Mendengar keluhan itu, Wabup Mimik langsung memeluk erat tubuh mungil Rozi sambil menahan air mata. Ia berusaha memberikan semangat kepada korban.
“Rozi harus tetap kuat dan semangat, masa depanmu masih panjang, Nak. Kalau nanti sudah sembuh, Rozi mau dibelikan apa?” tanya Wabup sembari menyuapi minum dengan sedotan.

“Saya mau kaki palsu dan sepatu baru, Bu,” jawab Rozi. Ucapan polos itu membuat ibunya yang duduk di samping Wabup hanya terdiam penuh haru.
Rozi juga menceritakan pengalamannya terjebak di bawah reruntuhan beton mushola. “Waktu itu saya dan teman-teman sedang sholat Ashar. Tiba-tiba ada suara kretek-kretek, lalu seperti gempa. Setelah itu gelap, saya tidak ingat apa-apa. Rasanya seperti tidur. Tahu-tahu saya sadar saat sudah dievakuasi ke ambulans,” tuturnya.
Kisah serupa dialami Rohmatulloh, yang harus merelakan tangan kirinya diamputasi dari siku hingga jari. Menurut orang tuanya, Rohmatulloh sempat kehilangan semangat karena merasa tidak percaya diri hanya memiliki satu tangan.
“Kemarin itu Rohmatulloh sempat patah semangat, dia tidak percaya diri hanya punya satu tangan, Bu,” ungkap orang tuanya kepada Wabup.
Dengan penuh empati, Wabup Mimik berusaha menenangkan dan menguatkan Rohmatulloh. “Harus tetap semangat, ya. Jangan lupa makan yang banyak supaya cepat sembuh,” ucapnya.
Musibah ambruknya bangunan mushola Ponpes Al Khoziny telah meninggalkan luka mendalam bagi para santri dan keluarga korban. Namun, semangat dan doa terus mengalir agar para korban segera pulih dan dapat menatap masa depan dengan lebih kuat.(Tim).