SIDOARJO | JWI – Kinerja sejumlah Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sidoarjo kembali menjadi sorotan lembaga pemantau korupsi. Ketua Umum Java Corruption Watch (JCW), Sigit Imam Basuki, menilai berbagai persoalan krusial di Sidoarjo tak kunjung tertangani akibat lemahnya efektivitas kerja aparatur.
Sorotan tersebut disampaikan Sigit saat dimintai keterangan oleh awak media, Sabtu (22/11/2025). Ia menyebut bahwa banyak kebijakan dan program OPD terlihat tidak tepat sasaran dan berjalan tanpa arah yang jelas.
“Selama ini kinerja OPD di Kabupaten Sidoarjo tidak efektif dan tidak tepat sasaran. Padahal permasalahan di Sidoarjo sangat krusial dan membutuhkan fokus penuh pemerintah daerah,” ujar Sigit.
Menurutnya, salah satu fenomena yang turut memperburuk kondisi birokrasi adalah kecenderungan sejumlah ASN yang lebih memilih menjadi narasumber kegiatan di instansi tertentu karena honor yang tinggi.
“Banyak ASN Sidoarjo sekarang lebih cenderung menjadi narasumber. Honor menjadi narasumber per jam bisa lebih besar dari gaji mereka per bulan,” ungkapnya.
Sigit bahkan memberi gambaran mengenai penghasilan yang bisa diperoleh ASN pejabat eselon II jika rutin menjadi pembicara.
“Coba hitung saja. Misalnya tiga jam mengisi kegiatan, dengan honor sekitar Rp1.000.000 per jam, sudah berapa yang mereka dapatkan? Ini membuat mereka tidak peka terhadap permasalahan di dinasnya sendiri,” tegasnya.
Ia menilai, kondisi tersebut berimbas pada rendahnya kualitas pelayanan publik di Sidoarjo, yang menurutnya masih jauh dari harapan masyarakat.
“Sampai sekarang prestasinya apa? Terutama di sektor pelayanan publik. Sampai hari ini tidak maksimal. Banyak persoalan internal dinas yang tidak selesai karena energi ASN habis untuk kegiatan yang tidak menjadi prioritas tugas pokok mereka,” tambahnya.
JCW mendesak Pemerintah Kabupaten Sidoarjo untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap pola kerja OPD, termasuk pengawasan terhadap aktivitas ASN di luar tugas kedinasan.
Sigit menegaskan bahwa tanpa reformasi serius, Sidoarjo akan terus tertinggal dalam penyelesaian masalah publik yang semakin kompleks.
Reporter : Sugi – JWI
Editor : Redaksi JWI





















