SURABAYA | JWI – Sabtu pagi, 29 November 2025, udara Surabaya terasa lebih hangat dari biasanya. Gedung Bung Hatta, BBPMP Jawa Timur dipenuhi ratusan pendidik dari berbagai provinsi yang datang dengan satu tujuan besar: merayakan literasi, memperkuat peran guru penulis, serta memperteguh komitmen mencerdaskan bangsa melalui karya dan gagasan. Dalam ajang bergengsi Temu Nasional Guru Penulis (TNGP) 2025 itu, nama SDN Sidodadi menjadi salah satu perwakilan sekolah yang paling mencuri perhatian.
Tepat pukul 08.00 WIB, 11 guru dari SDN Sidodadi memasuki ruang forum dengan penuh antusiasme. Kehadiran mereka menjadi simbol tekad kolektif bahwa literasi bukan hanya kemampuan membaca dan menulis, tetapi gerakan budaya yang menumbuhkan daya pikir, kreativitas, dan karakter. Melalui partisipasi ini, SDN Sidodadi menegaskan diri sebagai sekolah yang tidak hanya mengajar, melainkan juga menumbuhkan.

Anita Wanodiya Kurnia, M.Pd. Pemimpin yang Menghidupkan Literasi di Ruang Belajar
Momentum puncak bagi SDN Sidodadi tercipta ketika Kepala Sekolah Anita Wanodiya Kurnia, M.Pd. menerima penghargaan sebagai Fasilitator Literasi Nasional 2025. Tepuk tangan memecah ruangan, menandai apresiasi atas dedikasi dan konsistensinya menggerakkan budaya baca-tulis di sekolah.

Di bawah kepemimpinannya, literasi di SDN Sidodadi tumbuh sebagai gerakan yang terarah. Program-program strategis yang ia bangun meliputi: kelas menulis kreatif siswa, jurnal baca mingguan, pojok literasi digital, pelatihan penulisan bagi guru, serta publikasi karya tulis siswa secara berkala.
Baginya, literasi bukan proyek sementara, tetapi napas kehidupan sekolah.
“Literasi adalah energi yang menggerakkan seluruh ekosistem belajar. Kami ingin siswa tak hanya menguasai pengetahuan, tetapi mampu menulis, berbicara, dan berfikir kritis dengan karakter yang berbudaya,” ujar Anita Wanodiya Kurnia dalam keterangannya kepada JWI.

Ia menegaskan bahwa penghargaan ini bukan capaian pribadi, melainkan milik seluruh keluarga besar SDN Sidodadi yang telah bergerak bersama dalam membangun budaya literasi yang hidup.
Tari Remo – Ketika Seni Menjadi Medium Literasi
Sorotan prestasi SDN Sidodadi tidak berhenti pada ranah akademik. Panggung TNGP 2025 juga menyaksikan penampilan memikat dari Riza Azzahra, siswi kelas VI yang membawakan Tari Remo, salah satu ikon budaya Jawa Timur. Gerakannya lincah, ritmis, dan penuh penghayatan, seolah tubuhnya sedang membaca teks tak tertulis tentang keberanian dan keluhuran nilai budaya.
Penampilan Riza menjadi bukti bahwa literasi tak selalu berbentuk tulisan atau buku. Ia juga hadir dalam gerak, irama, dan ekspresi yang menceritakan kisah tentang identitas dan kecintaan pada budaya sendiri.
Atmosfer Forum dan Semangat Kolaboratif
Forum dipandu oleh dua MC yakni Ni’matuz Zahrah, M.Pd. (MTsN 15 Jombang) dan Anita Wanodiya Kurnia, M.Pd. Kolaborasi keduanya menciptakan suasana cair, tenang, dan komunikatif. Para peserta diberi ruang luas untuk berbagi pandangan mengenai transformasi literasi, karya, serta peran guru dalam perubahan zaman.
Selain kepala sekolah, sejumlah guru SDN Sidodadi juga meraih Penghargaan Pegiat Literasi Nasional, mempertegas bahwa gerakan ini tumbuh solid, bukan hanya berjalan di tangan pimpinan, melainkan mengakar hingga seluruh pendidik di sekolah.

MediaGuru – Jembatan Publikasi dan Pemberdayaan Guru Penulis
Kiprah SDN Sidodadi dalam lingkar literasi nasional tidak terlepas dari dukungan MediaGuru sebagai mitra pengembangan karya tulis. Melalui kelas menulis, fasilitasi penerbitan buku, serta ruang komunitas kreatif, MediaGuru membantu para guru Sidodadi memperluas kualitas literasi dalam bentuk karya nyata yang terbit dan terbaca publik.
Kolaborasi ini menjadikan SDN Sidodadi sebagai sekolah dengan ekosistem literasi progresif, berbasis pengembangan kompetensi, publikasi karya, dan pembiasaan budaya membaca.
Sidodadi Hadir untuk Menggerakkan
TNGP 2025 bukan sekadar agenda seremonial tahunan. Ia merupakan ruang pertemuan ide, mimpi, dan keyakinan bahwa pendidikan adalah kerja peradaban. Dan di dalam ruangan itu, SDN Sidodadi hadir tidak hanya sebagai peserta, tetapi sebagai penggerak.
Mereka datang untuk belajar, namun juga berbagi. Mereka hadir untuk mengikuti, namun juga memberi kontribusi. Mereka bukan sekadar peserta, mereka pembawa perubahan.
Melalui literasi, karya, dan seni tradisi yang tetap dijaga, SDN Sidodadi menyampaikan pesan: pendidikan sejati adalah proses menumbuhkan manusia yang cerdas, berbudaya, dan siap menghadapi masa depan bangsanya dengan karakter kuat.(Anita).






















